ASKEP KLIEN PADA KEGANASAN SISTEM INTEGUMEN SINDROM STEVEN JOHNSON
KONSEP TEORITIS
oleh : MA'ARIFATUN, WETA OKTARENA, ASTRIEN MELINDA
2.1. Definisi
Stevens-johnson syndrome adalah suatu kondisi mengancan jiwa yang Mempengaruhi kulit, dimana kematian sel memyebabkan epidermis terpisah dari dermis.sindrom ini diperkirakan karena reaksi hipersensivitas yang mempengarihu kulit dan membrane mukosa.Walaupun pada kebanyakan kasus bersifat idiopatik.
Sindrom Stevens Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, lendir di oritisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel / bula dapat disertai purpura.
2.2. Etiologi
Sindrom stevens Johnson dapat di sebabkan oleh karena :
1. Infeksi (Biasanya merupakan lanjutan dari infeksi seperti virus Herves simpleks,influenza,histoplasmosis, virus epstein-barr atau Sejenisnya ).
2. Efek samping dari obat-obatan (alloporinol, diklopenak, floconazole, valdecoxib, sitagliptin, penicillin, sulponamide, fenitoin, azitromisin, modafinil, lamotrigin, neviravin, ibupropen,dll ).
3. Keganasan (karsinoma dan limfoma).
4. Faktor idiofatik
2.3. Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi alergi tipe III dan IV. Reaksi tipe III ( reaksi komplek imun ) terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen-antibody yang membentuk mikro presitipasi sehingga terjadi aktivasi neutrofil yang kemudian melepaskan lysozim dan menyebabkan kerusakan jaringan dan organ sasaran (target organ). Reaksi tipe IV ( reaksi hipersensifitas lambat ) terjadi akibat lysozim T yang tersensitisasi berkontrak kembali dengan antigen yang sama kemudian lysozim dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang.
2.5. Manifestasi Klinis
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia kurang dari 3 tahun. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat berespons sampai koma. Mulainya dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa :
• Kelainan kulit
• Kelainan selaput lendir di orifisium
• Kelainan mata
1. Kelainan Kulit
Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Dapat juga disertai purpura.
2. Kelainan Selaput lender di orifisium
Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa mulut, kemudian genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ditemukan.
Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga menjadi erosi dan ekskoriasi serta krusta kehitaman. Juga dapat terbentuk pescudo membran. Di bibir yang sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius bagian atas dan esophagus. Stomatitis ini dapat menyeababkan penderita sukar/tidak dapat menelan. Adanya pseudo membran di faring dapat menimbulkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan Mata
Kelainan mata yang sering ialah konjungtivitis, perdarahan, simblefarop, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
2.6. Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.
• Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
• Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
2.7. Penatalaksanaan
Pada sindrom Stevens Johnson pengangannya harus tepat dan cepat. Penggunaan obat kostikosteroid merupakan tindakan life-saving. Biasanya digunakan Deksamethason secara intravena, dengan dosis permulaan 4-6 X 5 mg sehari. Pada umumnya masa kritis dapat diatasi dalam beberapa hari dengan perubahan keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, sedangkan lesi lama mengalami involusi.
Dampak dari terapi kortikosteroid dosis tinggi adalah berkurangnya imunitas, karena itu bila perlu diberikan antibiotic untuk mengatasi infeksi. Pilihan antibiotic hendaknya yang jarang menyebabkan alergi, berspekrum luas dan bersifat bakterisidal. Untuk mengurangi efek samping kortikosteroid diberikan diet yang miskin garam dan tinggi protein.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah mengatur kseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi. Bila perlu dapat diberikan infuse berupa Dekstrose 5% dan larutan Darrow.
Tetapi topical tidak sepenting terapi sistemik untuk lesi di mulut dapat diberikan kenalog in orabase. Untuk lesi di kulit pada tempat yang erosif dapat diberikan sofratul atau betadin.
2.8 Kompikasi
Komplikasi yang tersering ialah bronkopneumonia, kehilangan cairan / darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi kebutaan karena gangguan lakrimal.
2.2. KONSEP DASAR ASKEP
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya,yang meliputi:nama,jenis kelamin,suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama
sering menjadi alasan untuk meminta pertolongan kesehetan,di ikuti oleh mereka mengalami rasa gatal dan timbul benjolan yang berisi cairan
3. Riwayat kesehatan sekarang(RKS)
Demam tinggi,nyeri kepala,batuk,pilek,nyeri tnggorokan/sulit
Menelan.
4. Riwayat kesehatan dahulu(RKD)
Pernah di rawat di rumah sakit dengan keluhan utama
5. Riwayat kesehatan keluarga(RKK)
tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
6.Data dasar pengkajian pasien
a.Aktivitas/istirahat
Tanda :penurunan keluarga,tahanan keterbatasan
Rentang gerak pada yang sakit.
b.Sirkulasi
Tanda :pembentukan edema jaringan
c.Eliminasi
Tanda :mengidentifikasikan kerusakan otot
Dalam,diuresis,penurunan bising usus/tak ada.
d.Integritas Ego
Gejala :Masalah tentang keluarga,pekerjaan,keuangan,
Kecacatan.
Tanda :Ansietas,menangis,ketergantungan,menyangkal,
Menarik diri,marah.
e.Pernapasan
Tanda :ketidakmampuan menalan sekresi oral dan
Sianosis,indikasi cedera inhalasi.
f.Makanan/cairan
Tanda :edema jaringan umum,anoreksia,mual/muntah
g.Neurosensori
Tanda :perubahan oriental,efek,perilaku,laserasi korneal,
Kerusakan,retinal,penurunan ketajaman
Penglihatan,ruptur membran timpani,paralisis.
h.Keamanan
Tanda :kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur
Seperti kulit samak halus;lepuh,ulkus,nekrosis,
Atau jaringan parut tebal.
i.Penyuluhan/pembelajaran
Pertimbangan :DRG menunjukan rerata lama di rawat:
Tergantung pada beratnya dan terlibatnya sistem
organ.
Rencana pemulangan :memerlukan bantuan untuk pengobatan,
Aktifitas perawatan diri,tugas pemeliharaan
Rumah,transportasi,keuangan,konsul,
kejuruan,perubahan susuna rumah atau
fasilitas tempat tinggal selain itu rehabilitas
lama
j.Pemeriksaan diagnostik
Hitung darah lengkap :Ht awal menunjukan hemokosentrasi
sehubungan dengan perpidahan/kehilangan
cairan
SDP :liukositosis dapat terjadi sehubungan dengn
Kehilangan sel pada sisi luka dan respon
Inflamasi terhadap cidera.
GDA : Dasar penting untuk kecurigaan cedera
Inhalasi
Alkalin fosfat : Peningkatan sehubungan dengan
perpindahan cairan intersitial/gangguan
pompa natrium
BUN / Kreatinin :Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi/fungsi ginjal, namun kreatinin dapat
meningkat karena cedera jaringan
B. Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala, tenggorokan b.d adanya bula
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan
3. Gangguan integritas kulit b.d bula yang mudah pecah
4. Gangguan sensori penglihatan b.d erosi dan perforasi kornea
5. Peningkatan suhu tubuh b.d kompensasi radang
6. Gangguan harga diri rendah b.d terjadinya erosi yg luas dan purpura
bagus